Kondisi Hutan Bakau Indonesia. Melihat definisi, pengertian, ciri-ciri, fungsi dan manfaat hutan bakau tersebut kita seharusnya bisa berbangga diri menjadi negara dengan luas kawasan hutan mangrove terluas di dunia. Berdasarkan data FAO yang dirilis tahun 2007, walau hanya memiliki hutan bakau seluas 3,062,300 ha, luas hutan bakau di Indonesia mencapai 19% dari total hutan bakau di seluruh dunia. Ini telah menjadikan Indonesia sebagai negara dengan luas hutan bakau paling luas di dunia melebihi Australia (10%) dan Brazil (7%).
Bahkan menurut Arobaya dan Wanma (2006), Indonesia memiliki 27% dari total hutan mangrove dunia atau setara dengan 4,25 juta ha. Data hampir sama dikeluarkan Kementerian Kehutanan (2006) yakni seluas 4,3 juta ha.
Sayangnya rekor alam Indonesia ini diikuti pula dengan rekor kerusakan hutan bakau terbesar. Dari tahun ke tahun luas hutan mangrove Indonesia menurun dengan drastis. Bahkan menurut sebuah data, hutan mangrove yang telah ter-deforestasi sehingga dalam kondisi rusak berat mencapai 42%, rusak mencapai 29%, kondisi baik sebanyak < 23% dan hanya 6% saja yang kondisinya sangat baik.
Definisi (Pengertian) Hutan Bakau. Definisi hutan bakau (mangrove) menurut
Steenis (1978) adalah vegetasi hutan yang tumbuh diantara garis pasang surut. Sedangkan Nybakken (1988) memberi definisi hutan mangrove sebagai sebutan umum yang digunakan untuk menggambarkan suatu komunitas pantai tropik yang didominasi oleh beberapa spesies pohon yang khas atau semak-semak yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin.
Menurut Soerianegara (1990) hutan mangrove mempunyai pengertian sebagai hutan yang tumbuh di daerah pantai, biasanya terdapat di daerah teluk dan di muara sungai yang dicirikan oleh:
1) tidak terpengaruh iklim;
2) dipengaruhi pasang surut;
3) tanah tergenang air laut;
4) tanah rendah pantai;
5) hutan tidak mempunyai struktur tajuk;
6) jenis-jenis pohonnya biasanya terdiri dari api-api (Avicenia sp.), pedada (Sonneratia sp.), bakau (Rhizophora sp.), lacang (Bruguiera sp.), nyirih (Xylocarpus sp.), nipah (Nypa sp.)
Secara umum hutan bakau atau mangrove mempunyai definisi sebagai hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa berair payau yang terletak di garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang-surut air, laut tepatnya di daerah pantai dan sekitar muara sungai.
Menurut Nybakken (1988) hutan bakau (mangrove) adalah sebutan umum yang digunakan untuk menggambarkan suatu komunitas pantai tropik yang didominasi oleh beberapa spesies pohon yang khas atau semak-semak yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh di perairan asin.
Menurut Soeriaegara (1990) hutan mangrove diartikan sebagai hutan yang tumbuh di daerah pantai, biasanya terdapat di daerah teluk dan di muara sungai yang dicirikan oleh: (a) tidak terpengaruh iklim, (b) dipengaruhi pasang surut, (c) tanah tergenang air laut, (d) tanah rendah pantai, (e) hutan tidak memiliki struktur tajuk, dan (f) jenis-jenis pohonnya biasanya terdiri dari api-api (Avicenia sp.), pedada (Sonneratia sp.), bakau (Rhizophora sp.), lacang (Bruguiera sp.), nyirih (Xylocarpus sp.), atau nipah (Nypa sp.).
Sudah cukup jelas kan? Saya simpulkan sedikit ya, dari definisi-definisi di atas, yang dimaksud dengan hutan bakau atau hutan mangrove itu adalah vegetasi hutan yang tumbuh di garis pantai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut dan biasanya didominasi oleh jenis-jenis tumbuhan seperti api-api, pedada, bakau, lacang, nyirih, atau nipah (seperti yang disebutkan di atas).
Indonesia menjadi negara dengan hutan mangrove paling luas di dunia. Menurut data Kementerian Negara Lingkungan Hidup, luas hutan bakau Indonesia mencapai 4,3 juta ha (2006). Sedang menurut FAO (2007) pada tahun 2005 Indonesia memiliki hutan mangrove seluas 3 juta ha
Kerusakan bakau yang tidak sedikit ini sangat banyak menimbulkan kerugian, baik dari segi sosial maupun ekonomi. Dari pandangan nelayan, secara ekonomi kerusakan hutan bakau membuat ratusan nelayan tidak bisa mendapatkan ikan di daerah hutan bakau lagi. Tangkapan kerang, kepiting dan udang berkurang drastis.
Pembangunan pusat-pusat rehabilitasi hutan bakau pun sudah dijalankan. Bahkan pemerintah sudah menganggarkan dana khusus untuk pengembangan dan rehabilitasi hutan bakau. Di tingkat ASEAN, saat ini dibangun proyek Mangrove Ecosystem Conservation and Sustainable Use in the Asean Region (MECS) dengan total anggaran proyek sebesar Rp 3 milyar. WOW! Dunia Internasional sudah sejak dulu bergerak dan menggembor-gemborkan isu lingkungan. Untuk konservasi wilayah hutan bakau atau mangrove, sudah ada organisasi ‘Karbon Biru’. Organisasi ini bergerak pada bidang konservasi khususnya konservasi hutan perairan. Manfaat yang bisa diberikan, dengan mempertahankan atau konservasi hutan mangrove yang disebutnya ekosistem karbon biru, dapat memberikan keuntungan yang banyak bagi manusia, antara lain sebagai pendukung perikanan, perlindungan pantai dan pesisir dari banjir dan badai, dan sebagai filter bagi air pesisir.
Coba bayangkan… dengan keindahan dan begitu banyak manfaatnya… dengan kecepatan pengrusakan yang begitu hebatny. Dalam beberapa tahun jika kelestarian mangrove tidak diperhatikan, maka akan banyak kekayaan kita yang hilang. Akan banyak hal yang hanya tinggal cerita. Keindahan ekosistem mangrove, lucunya satwa mangrove yang sudah punah, uniknya tumbuhan-tumbuhan mangrove, dan banyak lagi cerita-cerita indah lainnya. Bukan itu yang diharapkan. Semoga nanti saat anak cucu kita dewasa, mereka lah yang bisa menikmati indahnya hutan bakau, indahnya ekosistem mangrove, dan hijaunya pantai kita. Saya hanya berharap, ayo kita bersama menjaga kekayaan kita, untuk anak cucu kita.
Fungsi dan Manfaat Hutan Mangrove (Hutan Bakau). Hutan mangrove memiliki fungsi dan manfaat yang sangat penting bagi ekosistem hutan, air dan alam sekitarnya. Fungsi atau manfaat hutan bakau dapat ditinjau dari sisi fisik, biologi, maupun ekonomi.
Tidak adanya barisan mangrove, sama dengan tidak adanya ‘penjaga pantai’. Mangrove seakan menjadi penjaga daratan dari bahaya-bahaya yang datang dari lautan. Luasan abrasi (terkikisnya daratn oleh air laut) semakin tinggi, dan potensi kerusakan jika terjadi tsunami juga semakin tinggi. Berdasarkan penelitian CIFOR dan USDA yang ada di blog Mongabay, kerusakan pada hutan mangrove memiliki dampak empat kali lebih besar daripada kerusaan pada hutan tropis (pada luasan yang sama).Kerusakan-kerusakan yang terjadi di kawasan hutan bakau (mangrove) ini tidak lain karena ketidak tahuan masyarakat tentang manfaat hutan bakau itu sendiri. Padahal sangat banyak fungsi dan manfaat hutan bakau bagi kita, khususnya untuk ekologi dan lingkungan.
Ekosistem mangrove sebenarnya memberikan banyak manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung. Fungsi dan manfaat hutan bakau (ekosistem mangrove) secara fisik antara lain:
- menstabilkan garis pantai,
- melindungi pantai dari bahaya abrasi,
- menahan badai dan angin dari laut,
- menahan hasil penimbunan lumpur,
- sebagai penyangga (buffer) yang menawarkan air laut, dan
- mengolah limbah-limbah beracun.
- Penahan intrusi (peresapan) air laut ke daratan.
- Menurunkan kandungan karbondioksida (CO2) di udara (pencemaran udara).
Sedangkan ditinjau dari segi biologis, manfaat hutan bakau antara lain:
- menyediakan makanan bagi plankton dari sisa sisa pelapukan,
- tempat berkembangbiaknya hewan-hewan laut,
- tempat berlindung hewan-hewan langka seperti burung, bekantan, bahkan harimause, dan
- sebagai habitat alami berbagai organisme.
Manfaat dan fungsi hutan bakau secara ekonomi antara lain:
- Tempat rekreasi dan pariwisata.
- Sumber bahan kayu untuk bangunan dan kayu bakar.
- Penghasil bahan pangan seperti ikan, udang, kepiting, dan lainnya.
- Bahan penghasil obat-obatan seperti daun Bruguiera sexangula yang dapat digunakan sebagai obat penghambat tumor.
- Sumber mata pencarian masyarakat sekitar seperti dengan menjadi nelayan penangkap ikan dan petani tambak.
Sudah banyak program-program pemerintah maupun lembaga swadaya yang diterapkan di derah mangrove, penanaman kembali, pelebaran dan banyak sosialisasi. Pemerintah juga sudah mengoptimalkan keberadaan kelompok-kelompok tani di daerah untuk ikut mengawasi dan melestarikan ekosistem mangrove ini, bahkan kelompok tani diberi amanat untuk menyosialisasikan program konservasi mangrove ini ke masyarakat umum.
Semoga kesadaran kita akan lestarinya hutan bakau di Indonesia akan semakin tumbuh. Indonesia tetap memegang rekor sebagai negara dengan hutan bakau terluas di dunia dan manfaat hutan mangrove dapat kita rasakan semua, demi kemakmuran rakyat Indonesia.
Ekosistem hutan bakau bersifat khas, baik karena adanya pelumpuran yang mengakibatkan. kurangnya aerasi tanah. Salinitas tanahnya yang tinngi serta mengalami daur penggenangan oleh pasang surut air laut. Hanya sedikit jenis tumbuhan yang bertahan hidup di tempat semacam ini dan jenis-jenis ini kebanyakan bersifat khas hutan bakau karena melewati proses adaptasi dan evolusi.
adapun Penjelasan dari beberapa Fungsi Hutan Bakau menurut Fisik, Biologi, dan Ekonomi dapat di jabarkan sebagai berikut:
1. Habitat Satwa Langka
Hutan bakau sering menjadi habitat jenis-jenis satwa. Lebih dari 100 jenis burung hidup disini dan daratan lumpur yang luas berbatasan dengan hutan bakau merupakan tempat mendaratnya ribuat burung pantai ringan migran. Termasuk jenis burung langka blekok Asia ( Limnodrumus Semipalmatus )
Keberadaan bekantan (Nasalis larvatus) atau sering disebut monyet hidung panjang diperkirakan bisa punah dalam 14 tahun ke depan jika tidak ada upaya nyata untuk menyelamatkan satwa langka itu.
“Jika menghitung laju kerusakan hutan mangrove yang menjadi habitatnya, maka populasi satwa langka ini akan punah dalam waktu kurang dari 14 tahun jika tidak ada tindakan segera untuk melindungi mereka. Ancaman utama bagi keberadaannya adalah terus berkurangnya habitat hutan mangrove primata langka ini", kata primatalog, Stanislav Lhota.
2. Perlindungan Terhadap Bencana Alam
Vegetasi hutan bakau melindungi bangunan, tanaman pertanian atau vegetasi alami dari kerusakan akibat badai atau angin yang bermuatan garam melalui proses filtrasi.
Peneliti menggunakan foto-foto satelit di Distrik Cuddalore, India bagian tenggara, dan menyurvei lahan untuk memperkuat kesimpulan mereka. Studi mengonfirmasi eksperimen laboratorium sebelumnya yang menunjukkan bahwa keberadaan 30 pohon per 100 m2 dapat mengurangi aliran maksimum tsunami lebih dari 90%.
Distrik Cuddalore memungkinkan dilakukannya eksperimen unik untuk menguji manfaat hutan bakau dalam menghadapi tsunami. Garis pantai di sana relatif lurus dan profil pantainya relatif seragam. Tempat itu juga memiliki bentang lahan yang penuh vegetasi dan tanpa vegetasi. Selain itu juga terdapat dokumentasi yang bagus berupa gambar satelit setelah berlangsungnya tsunami.
3. Pengendapan Lumpur
Sifat fisik tanaman pada hutan bakau membantu proses pengedapan lumpur. Pengendapan lumpur berhubungan erat dengan penghilangan racun dan unsur hara air. Karean bahan-bahan tersebut seringkali terikat pada partikel lumpur. Dengan hutan bakau kualitas air laut terjaga dari endapan lumpur erosi.
4. Penambahan Unsur Hara
Sifat fisik hutan bakau cenderung memperlambat aliran air dan terjadi pengendapan. Sering dengan proses pengendapan sering dengan proses pengendapan ini terjadi unsur hara yang berasal dari berbagai sumber, termasuk pencucian dari areal pertanian.
5. Penambatan Racun
Banyak racun yang memasuki ekosistem perairan dalam keadaan terikat pada permukaan lumpur atau terdapat di antara kisi-kisi molekul partikel tanah air. Beberapa spesies tertentu dalam hutan bakau bahkan membantu proses penambatan racun secara aktif.
6. Sumber alam kawasan ( In-Situ ) dan luar Kawasan ( Ex-Situ )
Hasil alam in -situ mencakup semua fauna dan hasil pertambangan atau mineral yang dapat dimanfaatkan secara langsung didalam kawasan. Sedangkan sumber alam Ex-situ meliputi produk-produk alamiah di hutan mangrove dan terangkut/berpindah ketempat lain yang kemudian digunakan oleh masyarakat di daerah tersebut, Menjadi sumber makanan bagi organisme lain atau menyediakan fungsi lain seperti manambah luas pantai karena pemindahan pasir dan lumpur.
7. Transportasi
Pada beberapa hutan mangrove, transportasi melalui air merupakan cara yang paling efisien dan paling sesuai dengan lingkungan.
8. Sumber Plasma Nutfah
Plasma hutfah dari kehidupan liar sangat besar manfaatnya baik bagi perbaikan jenis-jenis satwa komersial maupun untuk memelihara populasi kehidupan liar itu sendiri.
9. Rekrasi dan Pariwisata
Hutan bakau memiliki nilai estetika baik dari faktor alamnya maupun dari kehidupan yang ada didalamnya.
10. Sarana Pendidikan dan Penelitian
Upaya pengembangan ilmu pengetahuaan dan teknologi membutuhkan laboraturium lapangan yang baik untuk kegiatan penelitian dan pendidikan.
11. Memelihara Proses Proses dan Sistem Alami
Hutan bakau sangat tinggi peranannya dalam mendukung berlangsungnya proses-proses ekologi, geomorfologi atau geologi di dalamnya.
12. Penyerapan Karbon
Proses fotosestesis mengubah karbon anorgaini (Co2) menjadi karbon organik dalam bentuk bahan vegetasi. Pada sebagian besar ekosistem, bahan ini membusuk dan melepaskan karbon kembali ke atmosfer sebagai (Co2). Akan tetapi hutan bakau justru mengandung sejumlah besar bahan oraganik yang tidak membusuk. Karena itu hutan bakau lebih berfungsi sebagai penyerap karbon dibandingkan dengan sumber karbon.
13. Memelihara Iklim Mikro
Evapotranspirasi hutan bakau mampu menjaga ketembaban dan curah hujan kawasan tersebut, sehingga keseimbangan iklim mikro terjaga.
14. Mencegah Berkembangnya Tanah Sulfat Masam
Keberadaan hutan bakau dapat mencegah teroksidasinya lapisan pirit dan menghalangi berkembang kondisi alam.
Namun Hutan bakau di Indonesia kini mulai terancam dengan banyaknya lahan bakau yang ditebang dan dijadikan lahan perkotaan baru. Sangat disayangkan sekali memang tanaman yang memiliki banyak sekali manfaat ini harus di tebang demi keserakahan manusia. Maka dari itu kita sebagai penerus bangsa dan alam ini agar bisa menjaga dan memperbanyak tanaman-tanaman di Bumi kita ini. Pesanan dari saya agar "sisa umur kalian gunakanlah untuk menjaga alam ini".
1 comments:
Thanks for info, jangan lupa kunjungi website kami juga ya https://bit.ly/2ylC3uW
Posting Komentar